Suicide Prevention (Pencegahan Bunuh Diri)

Baru saja saya membaca sebuah berita, Dapat Nilai E dan IPK Tak Sesuai Harapan, Mahasiswa Gantung Diri. Bunuh diri masih merupakan persoalan psikososial di Indonesia. Untuk itu, saya juga turut berpartisipasi dalam upaya pencegahan hal ini di komunitas saya. Beberapa upaya misalnya:

Pertama, berpartisipasi dalam berbagai diskursus (wacana) dan praktik terkait dengan peningkatan kesehatan jiwa/mental, termasuk menerbitkan Panduan Layanan Pertolongan Psikologis Pertama Jarak Jauh.

Kedua, mengikuti pelatihan spesifik (khusus) tentang pencegahan bunuh diri (keterangan di bawah ini, saya mengikuti pelatihan selama 10 jam lebih, mulai dari suicidologi hingga konseling dan intervensi krisis dengan turut mempertimbangkan realitas masyarakat Indonesia yang religius), maupun psikologi kematian.

Ketiga, terlibat dalam riset atau penelitian terkini tentang Suicide Prevention yang dipelopori oleh Sandersan Onie, Ph.D., yang melibatkan Badan Kesehatan Sedunia (World Health Organization).

Arsip: Pegawai Ubhara Jaya

Sebelum bermukim di Universitas Bina Nusantara (BINUS University), saya berkarya di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Ubhara Jaya) di bawah naungan Yayasan Brata Bhakti (YBB), sebagai Wakil Dekan/Ketua Program Studi Psikologi untuk masa bakti 2008-2011.

Satu dasawarsa berlalu, saya menemukan kembali kartu kepegawaian saya pada waktu itu. Beberapa hari ke depan, saya juga akan menerbitkan sebuah makalah yang ditulis bersama dengan rekan-rekan (Wing Ispurwanto, dan kawan-kawan, 2021), berjudul “A Performance Model of The Indonesian National Police (Polri): The Role of Communication Apprehension, Servant Leadership, Group Cohesiveness, and Silence Behavior,” (Model Kinerja Polri: Peran Hambatan Komunikasi, Kepemimpinan Melayani, Kekompakan Kelompok, dan Perilaku Diam) – Video, sebagai sebuah sumbangsih ilmiah dan saran-saran praktik kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI).

Krisis Replikasi: Apa Artinya bagi Dosen dan Peneliti Indonesia?

Secara sederhana, krisis replikasi adalah temuan ilmiah yang dilakukan peneliti pendahulu kita tidak sesuai dengan apa yang kita temukan dalam penelitian kita.

Itu baru satu penelitian yang “gagal” kita replikasi hasilnya. Bagaimana jadinya jika banyak penelitian-penelitian yang ketika diteliti ulang hasilnya berbeda dengan temuan sebelumnya?

Nah, inilah yang menjadi krisis karena ternyata banyak ditemukan penelitian yang “gagal” direplikasi itu tadi.

1. Mengapa replikasi itu penting dalam penelitian?
2. Apa saja yang menjadi sebab bahwa penelitian itu gagal untuk direplikasi?
3. Apa artinya replikasi penelitian untuk Dosen dan Peneliti Indonesia?

Jawabannya di Kajian Publikasi Ilmiah PSPI Seri 4 bersama narasumber Juneman Abraham sebagai Ketua Peneliti PSPI (Pusat Studi Publikasi Ilmiah) dan Ketua Kompartemen Riset dan Publikasi Himpunan Psikologi Indonesia yang diselenggarakan pada hari Selasa, 31 Agustus 2021 pukul 15.30 WIB melalui zoom meeting.

Sebagai narasumber Webinar Kajian Publikasi Ilmiah Pusat Studi Publikasi Ilmiah – Relawan Jurnal Indonesia (PSPI-RJI), via Zoom, 31 Agustus 2021.

Bedah Buku Psikologi Indigenos (2021)

Sebagai seorang yang turut mengembangkan kompetensi psikologi indigenos, salah satu hal yang saya kemukakan dalam acara bedah buku ini, adalah apabila pemahaman budaya dianggap penting oleh Program Studi/Jurusan/Fakultas Psikologi, bukan sebagai pemanis dalam Pembahasan/Diskusi Artikel Hasil Riset, maka penting juga untuk membangun kompetensi kultural di dalamnya, bukan hanya ahli melakukan penelitian/riset psikologi bermuatan budaya saja. Saya mengambil contoh yang saya alami sendiri dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta, di mana saya berkesempatan mengikuti pembangunan kapasitas dalam bidang rektorika antarbudaya (intercultural rethorics) selama 30 jam bersama Prof. Dr. Stefan Kammhuber.

Mempersiapkan Maba (Mahasiswa baru) Psikologi BINUS

Mempersiapkan sekitar 150 mahasiswa baru (3 kelas) Psikologi BINUS University dalam program FYP (First Year Program), Orientation & Transition Program (OTP) – Searching, Reading, & Writing Skills (Academic & Non-Academic), pada tanggal 12 dan 19 Agustus 2021, melalui Zoom.