Apakah jurnal harus berbahasa Inggris untuk dapat diindeks di Scopus?
Di era media sosial dan perkembangan fitur teknologi cerdas, sebetulnya kita dilanda perasaan ‘sulit percaya’ ketika menjadikan bahasa sebagai alangan bersama.
Tersedia dua jawaban atas pertanyaan di atas:
1) Scopus sendiri menyatakan fulltext boleh berbahasa apa saja. Tidak dipersyaratkan bahasa Inggris. Hanya Abstrak yang wajib berbahasa Inggris.
[caption id="attachment_351" align="aligncenter" width="277"]
Keterangan dari Scopus[/caption]
2) Secara empirik, sudah ada fakta bahwa artikel berbahasa Indonesia sukses diindeks di Scopus.
[caption id="attachment_353" align="aligncenter" width="169"]
Artikel di IJABER Berbahasa Indonesia[/caption]
[caption id="attachment_354" align="aligncenter" width="268"]
Artikel di atas sudah diindeks di Scopus[/caption]
Mengenai apakah jurnal tersebut merupakan jurnal predator atau tidak, merupakan pembahasan yang lain lagi (Tidak menafikan kenyataan bahwa jurnal berbahasa Indonesia bisa diindeks oleh Scopus). Hendaknya kita dapat memegang hal yang pernah dinyatakan Prof. Wasmen Manalu.
Beliau di Hotel Century Atlet tahun 2013 mengatakan bahwa tentang predator/questionable atau tidak, maka (komunitas) dosen/peneliti yang paling tahu. Maksud beliau, agar tidak menggantungkan diri pada hasil asesmen lembaga tertentu.
Langkah
Think-Check-Submit sudah tersedia dalam bahasa Indonesia dan merupakan panduan asesmen yang baik.
BERITA BINUS :
Mengenal Artificial Intelligence Lebih Dekat: Pengertian, Jenis, hingga Potensi Risiko
Tags: indonesiajurnal scopus