psikologi penundaan

Prokrastinasi atau Penunda-nundaan, “Kalau bisa esok (lusa), mengapa harus sekarang?”

Seorang mahasiswa S2 Profesi Psikologi bertanya kepada saya mengenai alat ukur prokrastinasi berbahasa Indonesia yang bisa digunakan untuk kepentingan psikodiagnosis dan konseling.

Selanjutnya, berdasarkan teori persepsi diri (Daryl Bem, 1972) saya melakukan refleksi atas riset-riset dan kajian yang pernah saya bersama teman-teman lakukan terkait topik prokrastinasi ini.

Ternyata, saya dkk. sempat menghasilkan 3 tulisan mengenai prokrastinasi, yakni:

  1. Computer Anxiety, Academic Stress, and Academic Procrastination on College Students, lebih khusus prokratinasi dalam dunia akademik/pendidikan.
  2. Decisional Procrastination: The Role of Courage, Media Multitasking and Planning Fallacy, lebih khusus mengenai prokrastinasi dalam pengambilan keputusan (decision making). Kami meneliti tentang faktor-faktor yang potensial mematahkan prokrastinasi jenis ini.
  3. Saduran/terjemahan: Kemalasan itu Tidak Ada. Pokok pikiran artikel ini adalah bahwa prokrastinasi bukanlah sejenis “trait” (sifat kepribadian). Tidak ada orang yang memiliki “sifat malas”. Perilaku prokrastinasi bukanlah sifat ini, dan bukan bersumber dari sifat ini. Selalu ada faktor situasional yang mampu menjelaskan perilaku penunda-nundaan.