Peran baru keluarga masa kini adalah membantu anak-anak untuk berperilaku secara aman dan bertanggungjawab ketika menggunakan media sosial, baik untuk keperluan bersenang-senang maupun untuk belajar. Panduan yang dipresentasikan dalam paparan ini berguna untuk anak-anak berusia 13 tahun ke atas. Fokusnya ada 3, yaitu: citra digital (digital image), posting yang bertanggungjawab, dan konsekuensi. Sebagai tambahan dibahas mengenai perundungan maya (cyberbullying).
Menciptakan Citra Digital Sesuai Keinginan
Guna mengendalikan citra-citra digitalnya, anak-anak mesti mempertimbangkan: Bagaimana ia ingin dunia melihat atau mengenal mereka? (Ia ingin dikenal sebagai siapa atau apa?)
Hal ini mencakup:
–Menyelaraskan tujuan individu dengan citraonline mereka.
–Memposisikan dan mempertanggungjawabkan diri sendiri.
–Memahami bahwa keluarga dapat merupakan mitra yang menolong.
Aktivitas
Coba imajinasikan: jika suatu waktu, anak Anda ditulis dalam sebuah artikel koran. Headline seperti apa yang ia ingin lihat? Tulislah. Diskusikan juga, kemungkinan headline seperti apa dari teman-teman, keluarga, dan tokoh terkenal yang ia ingin baca.
Lakukan peninjauan jenis-jenis foto dan post yang selama ini Anda dan anak Anda lakukan. Apakah foto-foto dan post tersebut sejalan dengan headline yang ingin Anda & anak Anda lihat (tentang diri kalian?) Jika tidak, bagaimana post di masa mendatang dapat dibuat sejalan?
Coba imajinasikan audiens (orang-orang yang akan melihat Anda).
–Ingatkan anak Anda bahwa banyak orang yang berpotensi menjadi audiens (pembaca, orang yang melihat) gambar/citra online-nya.
–Bagaimana ia ingin gurunya melihat dia? Bagaimana juga dengan atasannya? (jika suatu saat ia punya atasan). Bagaimana juga dengan calon pacarnya? Diskusikan hal-hal yang dapat ia lakukan untuk memperbarui atau meningkatkan kualitas substantif dari gambar/fotonya dan meningkatkan pencitraannya.
Tinjaulah profil Anda sendiri. Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas “jejak digital” Anda, serta membantu anak Anda untuk meningkatkan “jejak digital” mereka.
Buatlah sebuah profil di beberapa tempat, seperti Google Profile, About.me, atau Falvors.me. Lihatlah profil anak-anak yang lain, dan diskusikan hal-hal yang Anda & anak Anda sukai dan tidak sukai. Pertimbangkan apakah ada hal-hal yang anak Anda mungkin ingin hapus atau untag guna mencerminkan secara akurat image yang ia komunikasikan kepada audiens.
Intinya: Anak-anak perlu untuk dapat mengendalikan Citra dan Identitas Digital mereka sendiri, dan mereka perlu didampingi oleh atau bekerja bersama keluarga mereka dalam hal ini.
Posting Secara Bertanggung jawab
Keluarga memainkan peran kunci dalam memastikan anak-anak melakukan posting secara bertanggung jawab.
Orangtua bertanggung jawab untuk mengajarkan nilai-nilai khusus dari keluarga kepada anak-anak.
Anda dapat membantu anak-anak mem-post dengan cara-cara yang mencerminkan nilai-nilai dengan mana keluarga mereka ingin dikenali oleh masyarakat.
Aktivitas
Membuat akun bersama: Ketika anak Anda sudah cukup usia untuk membuat akun (umumnya 13 tahun), Anda seyogianya membuat bersama anak akun media sosial, dan menelaah setting privasidefault secara bersama-sama. Pastikan bahwa anak anda memiliki pertemanan dan percakapan online hanya dengan orang-orang yang Anda ketahui dan setujui.
–Anda diharapkan dapat membangun empati terhadap perilaku online anak Anda. Anak-anak diharapkan dapat melihat ketulusan minat Anda dalam rangka keamanan dan keberhasilan perilaku online mereka.
Gunakan peristiwa-peristiwa terkini: Peristiwa-peristiwa dalam pemberitaan serta situasi-situasi dengan teman-teman dan keluarga memberikan sarana yang bagus sekali untuk mendiskusikan posting yang bertanggung jawab. Ketika cerita-cerita bermunculan, diskusikan dengan anak Anda bagaimana menangani situasi tersebut. Jangan hanya berfokus pada hal-hal yang dilarang. Penting untuk mengenali contoh-contoh orang yang menggunakan media sosial untuk kepentingan sosial, online presence yang bagus, atau hasil-hasil positif lainnya.
–Jagalah agar percakapan bersifat kekinian dan otentik. Persiapkan diri untuk pertanyaan, “Mengapa kita butuh untuk mengetahui hal ini?”
Pertimbangkan Konsekuensi Aksi Online
Penting bagi anak-anak untuk memikirkan sungguh-sungguh konsekuensi dari aksi atau tindakan online mereka, dan secara seksama memperhatikan siapa-siapa yang mereka masukkan sebagai teman (friend), pengikut (follower), dan sebagainya.
–Anak-anak tidak selalu menyadari bahwa hal-hal yang mereka lakukan di luar sekolah (termasuk secara online) dapat memiliki konsekuensi atau akibat di sekolah.
Aktivitas
Jangan mem-post informasi personal yang bersifat sensitif: Jelaskan kepada anak Anda mengapa buruk untuk mem-post informasi alamat, tanggal lahir, atau informasi pribadi lainnya. Jelaskan pula makna dari pencurian identitas (identity theft). Gunakan contoh-contoh nyata jika Anda dapat menemukan contoh-contoh itu.
–Buatlah aturan-aturan dasar yang jelas dan tekankan pentingnya untuk menahan informasi pribadi.
Jaga informasi tetap privat: Bicarakan dengan anak Anda untuk tidak membagi password sekalipun dengan sahabat-sahabat. Pastikan bahwa Anda dan anak Anda mengetahui bagaimana mencegah komputer yang dipakai bersama-sama untuk tidak secara otomatis menyimpan password (Sebagai contoh, selalu lakukan log off setelah selesai menggunakan sebuah situs; jangan hanya klik ‘keluar’ dari browser). Buatlah anak Anda mengetahui bahwa masing-masing kita dapat dimintai pertanggungjawaban untuk aksi-aksi pribadi orang lain ketika orang lain itu menggunakan akun online kita untuk mem-post informasi atau membuat pembelian online.
–Bukalah sebuah diskusi mengenai pentingnya melindungi diri secara keseluruhan, baik dalam dunia offline maupun online.
Peringatan Orang tua: Sekolah hendak mengirimkan pengingat kepada orang tua secara periodik mengenai kegiatan-kegiatan di kelas yang berbasiskan media sosial. Apabila Anda tidak pernah mendengar apapun tentang hal ini, bicarakan dengan anak anda dan guru mereka mengenai kegiatan media sosial semacam apa yang menjadi bagian dari kerja kelas. Diskusikan dengan anak-anak ihwal penggunaan media sosial di sekolah sama seperti Anda membicarakan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah lainnya dari anak-anak Anda.
–Selalu tengok apa yang terjadi di sekolah anak Anda sehingga Anda dapat mengambil tindakan-tindakan untuk mendukung dan memandu penggunaan media sosial mereka.
Sadar tentang Perilaku Online anak-anak: Anda mungkin ingin mem-”friend” atau mem-follow anak Anda sendiri. Sejumlah keluarga memiliki salinan dari username dan password online dari anak-anaknya. Keluarga yang lain memiliki sebuah tempat di mana semua password keluarga dijaga untuk keperluan darurat suatu waktu. Tentukan aturan-aturan mengenai perilaku online yang dapat diterima, dan diskusikan Panduan Penggunaan Media Sosial di rumah. Anda mungkin juga ingin membeli filtering software atau membuat sebuah program untuk merekam penggunaan komputer dan telepon selular.
–Anda hendaknya selalu menyadari hal-hal yang terjadi secara online pada anak-anak Anda. Hal ini juga membantu anak-anak untuk mengetahui bahwa orangtua mereka senantiasa ada untuk mendukung mereka dalam menggunakan media sosial secara aman dan bertanggungjawab.
WaspadaiPerundungan Maya Secara Serius
Perundungan maya atau cyberbullying merupakan penggunaan teknologi elektronik untuk melukai atau melecehkan orang lain. Contoh-contohnya seperti membuat atau mengedarkan pesan teks atau surat elektronik yang bersifat ofensif (menyerang orang lain), melakukan posting hal-hal yang tidak benar, dan menciptakan desas-desus atau rumor, serta membuat atau mengedarkan foto-foto yang memalukan.
Anak-anak perlu mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan ketika orang-orang yang mereka kenal menjadi target dari pembulian, atau menyadari apakah mereka sendiri menjadi target.
Aktivitas
Kenali teman-teman anak Anda di sekolah: Kenalilah dan pelajarilah nama-nama dari teman-teman anak anda serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan bersama. Apabila Anda mencurigai anak Anda menjadi aktor atau korban perundungan maya, Anda dapat melaporkan hal ini kepada konselor sekolah, aliansi-aliansi yang terkait, atau staf sekolah yang Anda percayai.
–Keluarga perlu mengenali orang-orang dan situasi-situasi yang dapat berkembang menjadi masalah.
Sadarilah perilaku di rumah: Perhatikan apakah perilaku anak Anda tiba-tiba berubah. Beberapa tanda telah terjadinya perundungan maya (baik sebagai aktor maupun korban) adalah: penarikan diri anak-anak dari kegiatan sehari-hari, menjadi kecewa atau sedih ketika online atau menulis dan mengirim pesan teks, lekas-lekas menutup aplikasi ketika berpapasan dengan orang dewasa, atau menghindari diskusi mengenai apa yang ia lakukan dengan komputer.
–Keluarga perlu mengetahui bagaimana mengenali perundungan maya dan melakukan intervensi sebelum berkembang lebih jauh.
Mengetahui hal yang perlu dilakukan jika anak Anda sendiri adalah seorang pelaku cyberbullying: Apabila Anda mencurigai bahwa anak Anda membuli seseorang, penting untuk memahami situasi tersebut. Berupayalah untuk menentukan persoalan-persoalan yang mendasarinya dan hasilkanlah sebuah rencana untuk mengintervensi atau mengkoreksi perilaku anak Anda. Konselor sekolah dapat membantu Anda dalam hal ini.
–Keluarga tidak harus menghadapi situasi ini secara sendirian. Bantuan profesional tersedia.
–Dengan menetapkan harapan-harapan serta batas-batas yang jelas, Anda dapat membuat percakapan di masa mendatang menjadi lebih mudah.
Doronglah anak-anak Anda untuk angkat bicara (speak up): Ketika anak-anak anda menyadari bahwa seseorang yang ia kenal diperlakukan secara tidak benar, dorong dia untuk mendukung korban, baik dengan menyampaikan secara pribadi kepada korban bahwa ia menyesalkan hal yang sedang terjadi, atau dengan menyampaikan secara publik (angkat bicara). Cobalah untuk mencari contoh-contoh nyata dari perilaku ini dalam kehidupan anda, atau dari media (koran, dll), dan diskusikan dengan anak Anda mengenai bagaimana dia dapat memberikan respons.
–Tunjukkan bahwa ada alternatif pilihan ketimbang pembulian. Melakukan perlawanan terhadap kekerasan atau pembulian dapat meningkatkan kepercayaan diri dan empati anak Anda.
Tunjukkan kontribusi positif dari orang-orang muda yang lain: Doronglah anak Anda untuk selalu berperilaku positif dalam komunitas maya. Tunjukkan contoh-contoh mengenai orang lain yang berpartisipasi secara positif seperti itu. Diskusikan dengan anak Anda berbagai cara yang berbeda yang dapat membantunya untuk tetap positif.
–Keluarga perlu menunjukkan kepada anak-anak bagaimana media sosial dapat digunakan secara positif.
Peran baru keluarga masa kini adalah membantu anak-anak untuk berperilaku secara aman dan bertanggungjawab ketika menggunakan media sosial, baik untuk keperluan bersenang-senang maupun untuk belajar. Panduan yang dipresentasikan dalam paparan ini berguna untuk anak-anak berusia 13 tahun ke atas. Fokusnya ada 3, yaitu: citra digital (digital image), posting yang bertanggungjawab, dan konsekuensi. Sebagai tambahan dibahas mengenai perundungan maya (cyberbullying).
Menciptakan Citra Digital Sesuai Keinginan
Guna mengendalikan citra-citra digitalnya, anak-anak mesti mempertimbangkan: Bagaimana ia ingin dunia melihat atau mengenal mereka? (Ia ingin dikenal sebagai siapa atau apa?)
Hal ini mencakup:
–Menyelaraskan tujuan individu dengan citraonline mereka.
–Memposisikan dan mempertanggungjawabkan diri sendiri.
–Memahami bahwa keluarga dapat merupakan mitra yang menolong.
Aktivitas
Coba imajinasikan: jika suatu waktu, anak Anda ditulis dalam sebuah artikel koran. Headline seperti apa yang ia ingin lihat? Tulislah. Diskusikan juga, kemungkinan headline seperti apa dari teman-teman, keluarga, dan tokoh terkenal yang ia ingin baca.
Lakukan peninjauan jenis-jenis foto dan post yang selama ini Anda dan anak Anda lakukan. Apakah foto-foto dan post tersebut sejalan dengan headline yang ingin Anda & anak Anda lihat (tentang diri kalian?) Jika tidak, bagaimana post di masa mendatang dapat dibuat sejalan?
Coba imajinasikan audiens (orang-orang yang akan melihat Anda).
–Ingatkan anak Anda bahwa banyak orang yang berpotensi menjadi audiens (pembaca, orang yang melihat) gambar/citra online-nya.
–Bagaimana ia ingin gurunya melihat dia? Bagaimana juga dengan atasannya? (jika suatu saat ia punya atasan). Bagaimana juga dengan calon pacarnya? Diskusikan hal-hal yang dapat ia lakukan untuk memperbarui atau meningkatkan kualitas substantif dari gambar/fotonya dan meningkatkan pencitraannya.
Tinjaulah profil Anda sendiri. Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas “jejak digital” Anda, serta membantu anak Anda untuk meningkatkan “jejak digital” mereka.
Buatlah sebuah profil di beberapa tempat, seperti Google Profile, About.me, atau Falvors.me. Lihatlah profil anak-anak yang lain, dan diskusikan hal-hal yang Anda & anak Anda sukai dan tidak sukai. Pertimbangkan apakah ada hal-hal yang anak Anda mungkin ingin hapus atau untag guna mencerminkan secara akurat image yang ia komunikasikan kepada audiens.
Intinya: Anak-anak perlu untuk dapat mengendalikan Citra dan Identitas Digital mereka sendiri, dan mereka perlu didampingi oleh atau bekerja bersama keluarga mereka dalam hal ini.
Posting Secara Bertanggung jawab
Keluarga memainkan peran kunci dalam memastikan anak-anak melakukan posting secara bertanggung jawab.
Orangtua bertanggung jawab untuk mengajarkan nilai-nilai khusus dari keluarga kepada anak-anak.
Anda dapat membantu anak-anak mem-post dengan cara-cara yang mencerminkan nilai-nilai dengan mana keluarga mereka ingin dikenali oleh masyarakat.
Aktivitas
Membuat akun bersama: Ketika anak Anda sudah cukup usia untuk membuat akun (umumnya 13 tahun), Anda seyogianya membuat bersama anak akun media sosial, dan menelaah setting privasidefault secara bersama-sama. Pastikan bahwa anak anda memiliki pertemanan dan percakapan online hanya dengan orang-orang yang Anda ketahui dan setujui.
–Anda diharapkan dapat membangun empati terhadap perilaku online anak Anda. Anak-anak diharapkan dapat melihat ketulusan minat Anda dalam rangka keamanan dan keberhasilan perilaku online mereka.
Gunakan peristiwa-peristiwa terkini: Peristiwa-peristiwa dalam pemberitaan serta situasi-situasi dengan teman-teman dan keluarga memberikan sarana yang bagus sekali untuk mendiskusikan posting yang bertanggung jawab. Ketika cerita-cerita bermunculan, diskusikan dengan anak Anda bagaimana menangani situasi tersebut. Jangan hanya berfokus pada hal-hal yang dilarang. Penting untuk mengenali contoh-contoh orang yang menggunakan media sosial untuk kepentingan sosial, online presence yang bagus, atau hasil-hasil positif lainnya.
–Jagalah agar percakapan bersifat kekinian dan otentik. Persiapkan diri untuk pertanyaan, “Mengapa kita butuh untuk mengetahui hal ini?”
Pertimbangkan Konsekuensi Aksi Online
Penting bagi anak-anak untuk memikirkan sungguh-sungguh konsekuensi dari aksi atau tindakan online mereka, dan secara seksama memperhatikan siapa-siapa yang mereka masukkan sebagai teman (friend), pengikut (follower), dan sebagainya.
–Anak-anak tidak selalu menyadari bahwa hal-hal yang mereka lakukan di luar sekolah (termasuk secara online) dapat memiliki konsekuensi atau akibat di sekolah.
Aktivitas
Jangan mem-post informasi personal yang bersifat sensitif: Jelaskan kepada anak Anda mengapa buruk untuk mem-post informasi alamat, tanggal lahir, atau informasi pribadi lainnya. Jelaskan pula makna dari pencurian identitas (identity theft). Gunakan contoh-contoh nyata jika Anda dapat menemukan contoh-contoh itu.
–Buatlah aturan-aturan dasar yang jelas dan tekankan pentingnya untuk menahan informasi pribadi.
Jaga informasi tetap privat: Bicarakan dengan anak Anda untuk tidak membagi password sekalipun dengan sahabat-sahabat. Pastikan bahwa Anda dan anak Anda mengetahui bagaimana mencegah komputer yang dipakai bersama-sama untuk tidak secara otomatis menyimpan password (Sebagai contoh, selalu lakukan log off setelah selesai menggunakan sebuah situs; jangan hanya klik ‘keluar’ dari browser). Buatlah anak Anda mengetahui bahwa masing-masing kita dapat dimintai pertanggungjawaban untuk aksi-aksi pribadi orang lain ketika orang lain itu menggunakan akun online kita untuk mem-post informasi atau membuat pembelian online.
–Bukalah sebuah diskusi mengenai pentingnya melindungi diri secara keseluruhan, baik dalam dunia offline maupun online.
Peringatan Orang tua: Sekolah hendak mengirimkan pengingat kepada orang tua secara periodik mengenai kegiatan-kegiatan di kelas yang berbasiskan media sosial. Apabila Anda tidak pernah mendengar apapun tentang hal ini, bicarakan dengan anak anda dan guru mereka mengenai kegiatan media sosial semacam apa yang menjadi bagian dari kerja kelas. Diskusikan dengan anak-anak ihwal penggunaan media sosial di sekolah sama seperti Anda membicarakan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah lainnya dari anak-anak Anda.
–Selalu tengok apa yang terjadi di sekolah anak Anda sehingga Anda dapat mengambil tindakan-tindakan untuk mendukung dan memandu penggunaan media sosial mereka.
Sadar tentang Perilaku Online anak-anak: Anda mungkin ingin mem-”friend” atau mem-follow anak Anda sendiri. Sejumlah keluarga memiliki salinan dari username dan password online dari anak-anaknya. Keluarga yang lain memiliki sebuah tempat di mana semua password keluarga dijaga untuk keperluan darurat suatu waktu. Tentukan aturan-aturan mengenai perilaku online yang dapat diterima, dan diskusikan Panduan Penggunaan Media Sosial di rumah. Anda mungkin juga ingin membeli filtering software atau membuat sebuah program untuk merekam penggunaan komputer dan telepon selular.
–Anda hendaknya selalu menyadari hal-hal yang terjadi secara online pada anak-anak Anda. Hal ini juga membantu anak-anak untuk mengetahui bahwa orangtua mereka senantiasa ada untuk mendukung mereka dalam menggunakan media sosial secara aman dan bertanggungjawab.
WaspadaiPerundungan Maya Secara Serius
Perundungan maya atau cyberbullying merupakan penggunaan teknologi elektronik untuk melukai atau melecehkan orang lain. Contoh-contohnya seperti membuat atau mengedarkan pesan teks atau surat elektronik yang bersifat ofensif (menyerang orang lain), melakukan posting hal-hal yang tidak benar, dan menciptakan desas-desus atau rumor, serta membuat atau mengedarkan foto-foto yang memalukan.
Anak-anak perlu mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan ketika orang-orang yang mereka kenal menjadi target dari pembulian, atau menyadari apakah mereka sendiri menjadi target.
Aktivitas
Kenali teman-teman anak Anda di sekolah: Kenalilah dan pelajarilah nama-nama dari teman-teman anak anda serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan bersama. Apabila Anda mencurigai anak Anda menjadi aktor atau korban perundungan maya, Anda dapat melaporkan hal ini kepada konselor sekolah, aliansi-aliansi yang terkait, atau staf sekolah yang Anda percayai.
–Keluarga perlu mengenali orang-orang dan situasi-situasi yang dapat berkembang menjadi masalah.
Sadarilah perilaku di rumah: Perhatikan apakah perilaku anak Anda tiba-tiba berubah. Beberapa tanda telah terjadinya perundungan maya (baik sebagai aktor maupun korban) adalah: penarikan diri anak-anak dari kegiatan sehari-hari, menjadi kecewa atau sedih ketika online atau menulis dan mengirim pesan teks, lekas-lekas menutup aplikasi ketika berpapasan dengan orang dewasa, atau menghindari diskusi mengenai apa yang ia lakukan dengan komputer.
–Keluarga perlu mengetahui bagaimana mengenali perundungan maya dan melakukan intervensi sebelum berkembang lebih jauh.
Mengetahui hal yang perlu dilakukan jika anak Anda sendiri adalah seorang pelaku cyberbullying: Apabila Anda mencurigai bahwa anak Anda membuli seseorang, penting untuk memahami situasi tersebut. Berupayalah untuk menentukan persoalan-persoalan yang mendasarinya dan hasilkanlah sebuah rencana untuk mengintervensi atau mengkoreksi perilaku anak Anda. Konselor sekolah dapat membantu Anda dalam hal ini.
–Keluarga tidak harus menghadapi situasi ini secara sendirian. Bantuan profesional tersedia.
–Dengan menetapkan harapan-harapan serta batas-batas yang jelas, Anda dapat membuat percakapan di masa mendatang menjadi lebih mudah.
Doronglah anak-anak Anda untuk angkat bicara (speak up): Ketika anak-anak anda menyadari bahwa seseorang yang ia kenal diperlakukan secara tidak benar, dorong dia untuk mendukung korban, baik dengan menyampaikan secara pribadi kepada korban bahwa ia menyesalkan hal yang sedang terjadi, atau dengan menyampaikan secara publik (angkat bicara). Cobalah untuk mencari contoh-contoh nyata dari perilaku ini dalam kehidupan anda, atau dari media (koran, dll), dan diskusikan dengan anak Anda mengenai bagaimana dia dapat memberikan respons.
–Tunjukkan bahwa ada alternatif pilihan ketimbang pembulian. Melakukan perlawanan terhadap kekerasan atau pembulian dapat meningkatkan kepercayaan diri dan empati anak Anda.
Tunjukkan kontribusi positif dari orang-orang muda yang lain: Doronglah anak Anda untuk selalu berperilaku positif dalam komunitas maya. Tunjukkan contoh-contoh mengenai orang lain yang berpartisipasi secara positif seperti itu. Diskusikan dengan anak Anda berbagai cara yang berbeda yang dapat membantunya untuk tetap positif.
–Keluarga perlu menunjukkan kepada anak-anak bagaimana media sosial dapat digunakan secara positif.
Peran baru keluarga masa kini adalah membantu anak-anak untuk berperilaku secara aman dan bertanggungjawab ketika menggunakan media sosial, baik untuk keperluan bersenang-senang maupun untuk belajar. Panduan yang dipresentasikan dalam paparan ini berguna untuk anak-anak berusia 13 tahun ke atas. Fokusnya ada 3, yaitu: citra digital (digital image), posting yang bertanggungjawab, dan konsekuensi. Sebagai tambahan dibahas mengenai perundungan maya (cyberbullying).
Menciptakan Citra Digital Sesuai Keinginan
Guna mengendalikan citra-citra digitalnya, anak-anak mesti mempertimbangkan: Bagaimana ia ingin dunia melihat atau mengenal mereka? (Ia ingin dikenal sebagai siapa atau apa?)
Hal ini mencakup:
–Menyelaraskan tujuan individu dengan citraonline mereka.
–Memposisikan dan mempertanggungjawabkan diri sendiri.
–Memahami bahwa keluarga dapat merupakan mitra yang menolong.
Aktivitas
Coba imajinasikan: jika suatu waktu, anak Anda ditulis dalam sebuah artikel koran. Headline seperti apa yang ia ingin lihat? Tulislah. Diskusikan juga, kemungkinan headline seperti apa dari teman-teman, keluarga, dan tokoh terkenal yang ia ingin baca.
Lakukan peninjauan jenis-jenis foto dan post yang selama ini Anda dan anak Anda lakukan. Apakah foto-foto dan post tersebut sejalan dengan headline yang ingin Anda & anak Anda lihat (tentang diri kalian?) Jika tidak, bagaimana post di masa mendatang dapat dibuat sejalan?
Coba imajinasikan audiens (orang-orang yang akan melihat Anda).
–Ingatkan anak Anda bahwa banyak orang yang berpotensi menjadi audiens (pembaca, orang yang melihat) gambar/citra online-nya.
–Bagaimana ia ingin gurunya melihat dia? Bagaimana juga dengan atasannya? (jika suatu saat ia punya atasan). Bagaimana juga dengan calon pacarnya? Diskusikan hal-hal yang dapat ia lakukan untuk memperbarui atau meningkatkan kualitas substantif dari gambar/fotonya dan meningkatkan pencitraannya.
Tinjaulah profil Anda sendiri. Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas “jejak digital” Anda, serta membantu anak Anda untuk meningkatkan “jejak digital” mereka.
Buatlah sebuah profil di beberapa tempat, seperti Google Profile, About.me, atau Falvors.me. Lihatlah profil anak-anak yang lain, dan diskusikan hal-hal yang Anda & anak Anda sukai dan tidak sukai. Pertimbangkan apakah ada hal-hal yang anak Anda mungkin ingin hapus atau untag guna mencerminkan secara akurat image yang ia komunikasikan kepada audiens.
Intinya: Anak-anak perlu untuk dapat mengendalikan Citra dan Identitas Digital mereka sendiri, dan mereka perlu didampingi oleh atau bekerja bersama keluarga mereka dalam hal ini.
[caption id="attachment_327" align="aligncenter" width="300"] Juneman Abraham hadir dalam Pembahasan Penyusunan Pedoman Penggunaan Media Sosial pada Anak pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Rabu, 10 Mei 2017, di Sari Pan Pacific Hotel, Jl. M.H. Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat.[/caption]
Posting Secara Bertanggung jawab
Keluarga memainkan peran kunci dalam memastikan anak-anak melakukan posting secara bertanggung jawab.
Orangtua bertanggung jawab untuk mengajarkan nilai-nilai khusus dari keluarga kepada anak-anak.
Anda dapat membantu anak-anak mem-post dengan cara-cara yang mencerminkan nilai-nilai dengan mana keluarga mereka ingin dikenali oleh masyarakat.
Aktivitas
Membuat akun bersama: Ketika anak Anda sudah cukup usia untuk membuat akun (umumnya 13 tahun), Anda seyogianya membuat bersama anak akun media sosial, dan menelaah setting privasidefault secara bersama-sama. Pastikan bahwa anak anda memiliki pertemanan dan percakapan online hanya dengan orang-orang yang Anda ketahui dan setujui.
–Anda diharapkan dapat membangun empati terhadap perilaku online anak Anda. Anak-anak diharapkan dapat melihat ketulusan minat Anda dalam rangka keamanan dan keberhasilan perilaku online mereka.
Gunakan peristiwa-peristiwa terkini: Peristiwa-peristiwa dalam pemberitaan serta situasi-situasi dengan teman-teman dan keluarga memberikan sarana yang bagus sekali untuk mendiskusikan posting yang bertanggung jawab. Ketika cerita-cerita bermunculan, diskusikan dengan anak Anda bagaimana menangani situasi tersebut. Jangan hanya berfokus pada hal-hal yang dilarang. Penting untuk mengenali contoh-contoh orang yang menggunakan media sosial untuk kepentingan sosial, online presence yang bagus, atau hasil-hasil positif lainnya.
–Jagalah agar percakapan bersifat kekinian dan otentik. Persiapkan diri untuk pertanyaan, “Mengapa kita butuh untuk mengetahui hal ini?”
[caption id="attachment_328" align="aligncenter" width="300"] Pada pertemuan tersebut, hadir pemangku kepentingan terkait media sosial, seperti Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengurus Besar Persatuan Guru Seluruh Indonesia, APJII/Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indoensia, Bareskrim POLRI, Komisi Penyiaran Indonesia, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, ICT Watch, dll. Juneman turut menyampaikan pandangan berdasarkan bidang keahlian Psikologi terhadap Kajian dan Penyusunan Pedoman Penggunaan Sosial pada Anak.[/caption]
Pertimbangkan Konsekuensi Aksi Online
Penting bagi anak-anak untuk memikirkan sungguh-sungguh konsekuensi dari aksi atau tindakan online mereka, dan secara seksama memperhatikan siapa-siapa yang mereka masukkan sebagai teman (friend), pengikut (follower), dan sebagainya.
–Anak-anak tidak selalu menyadari bahwa hal-hal yang mereka lakukan di luar sekolah (termasuk secara online) dapat memiliki konsekuensi atau akibat di sekolah.
Aktivitas
Jangan mem-post informasi personal yang bersifat sensitif: Jelaskan kepada anak Anda mengapa buruk untuk mem-post informasi alamat, tanggal lahir, atau informasi pribadi lainnya. Jelaskan pula makna dari pencurian identitas (identity theft). Gunakan contoh-contoh nyata jika Anda dapat menemukan contoh-contoh itu.
–Buatlah aturan-aturan dasar yang jelas dan tekankan pentingnya untuk menahan informasi pribadi.
Jaga informasi tetap privat: Bicarakan dengan anak Anda untuk tidak membagi password sekalipun dengan sahabat-sahabat. Pastikan bahwa Anda dan anak Anda mengetahui bagaimana mencegah komputer yang dipakai bersama-sama untuk tidak secara otomatis menyimpan password (Sebagai contoh, selalu lakukan log off setelah selesai menggunakan sebuah situs; jangan hanya klik ‘keluar’ dari browser). Buatlah anak Anda mengetahui bahwa masing-masing kita dapat dimintai pertanggungjawaban untuk aksi-aksi pribadi orang lain ketika orang lain itu menggunakan akun online kita untuk mem-post informasi atau membuat pembelian online.
–Bukalah sebuah diskusi mengenai pentingnya melindungi diri secara keseluruhan, baik dalam dunia offline maupun online.
Peringatan Orang tua: Sekolah hendak mengirimkan pengingat kepada orang tua secara periodik mengenai kegiatan-kegiatan di kelas yang berbasiskan media sosial. Apabila Anda tidak pernah mendengar apapun tentang hal ini, bicarakan dengan anak anda dan guru mereka mengenai kegiatan media sosial semacam apa yang menjadi bagian dari kerja kelas. Diskusikan dengan anak-anak ihwal penggunaan media sosial di sekolah sama seperti Anda membicarakan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah lainnya dari anak-anak Anda.
–Selalu tengok apa yang terjadi di sekolah anak Anda sehingga Anda dapat mengambil tindakan-tindakan untuk mendukung dan memandu penggunaan media sosial mereka.
Sadar tentang Perilaku Online anak-anak: Anda mungkin ingin mem-”friend” atau mem-follow anak Anda sendiri. Sejumlah keluarga memiliki salinan dari username dan password online dari anak-anaknya. Keluarga yang lain memiliki sebuah tempat di mana semua password keluarga dijaga untuk keperluan darurat suatu waktu. Tentukan aturan-aturan mengenai perilaku online yang dapat diterima, dan diskusikan Panduan Penggunaan Media Sosial di rumah. Anda mungkin juga ingin membeli filtering software atau membuat sebuah program untuk merekam penggunaan komputer dan telepon selular.
–Anda hendaknya selalu menyadari hal-hal yang terjadi secara online pada anak-anak Anda. Hal ini juga membantu anak-anak untuk mengetahui bahwa orangtua mereka senantiasa ada untuk mendukung mereka dalam menggunakan media sosial secara aman dan bertanggungjawab.
WaspadaiPerundungan Maya Secara Serius
Perundungan maya atau cyberbullying merupakan penggunaan teknologi elektronik untuk melukai atau melecehkan orang lain. Contoh-contohnya seperti membuat atau mengedarkan pesan teks atau surat elektronik yang bersifat ofensif (menyerang orang lain), melakukan posting hal-hal yang tidak benar, dan menciptakan desas-desus atau rumor, serta membuat atau mengedarkan foto-foto yang memalukan.
Anak-anak perlu mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan ketika orang-orang yang mereka kenal menjadi target dari pembulian, atau menyadari apakah mereka sendiri menjadi target.
Aktivitas
Kenali teman-teman anak Anda di sekolah: Kenalilah dan pelajarilah nama-nama dari teman-teman anak anda serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan bersama. Apabila Anda mencurigai anak Anda menjadi aktor atau korban perundungan maya, Anda dapat melaporkan hal ini kepada konselor sekolah, aliansi-aliansi yang terkait, atau staf sekolah yang Anda percayai.
–Keluarga perlu mengenali orang-orang dan situasi-situasi yang dapat berkembang menjadi masalah.
Sadarilah perilaku di rumah: Perhatikan apakah perilaku anak Anda tiba-tiba berubah. Beberapa tanda telah terjadinya perundungan maya (baik sebagai aktor maupun korban) adalah: penarikan diri anak-anak dari kegiatan sehari-hari, menjadi kecewa atau sedih ketika online atau menulis dan mengirim pesan teks, lekas-lekas menutup aplikasi ketika berpapasan dengan orang dewasa, atau menghindari diskusi mengenai apa yang ia lakukan dengan komputer.
–Keluarga perlu mengetahui bagaimana mengenali perundungan maya dan melakukan intervensi sebelum berkembang lebih jauh.
Mengetahui hal yang perlu dilakukan jika anak Anda sendiri adalah seorang pelaku cyberbullying: Apabila Anda mencurigai bahwa anak Anda membuli seseorang, penting untuk memahami situasi tersebut. Berupayalah untuk menentukan persoalan-persoalan yang mendasarinya dan hasilkanlah sebuah rencana untuk mengintervensi atau mengkoreksi perilaku anak Anda. Konselor sekolah dapat membantu Anda dalam hal ini.
–Keluarga tidak harus menghadapi situasi ini secara sendirian. Bantuan profesional tersedia.
–Dengan menetapkan harapan-harapan serta batas-batas yang jelas, Anda dapat membuat percakapan di masa mendatang menjadi lebih mudah.
Doronglah anak-anak Anda untuk angkat bicara (speak up): Ketika anak-anak anda menyadari bahwa seseorang yang ia kenal diperlakukan secara tidak benar, dorong dia untuk mendukung korban, baik dengan menyampaikan secara pribadi kepada korban bahwa ia menyesalkan hal yang sedang terjadi, atau dengan menyampaikan secara publik (angkat bicara). Cobalah untuk mencari contoh-contoh nyata dari perilaku ini dalam kehidupan anda, atau dari media (koran, dll), dan diskusikan dengan anak Anda mengenai bagaimana dia dapat memberikan respons.
–Tunjukkan bahwa ada alternatif pilihan ketimbang pembulian. Melakukan perlawanan terhadap kekerasan atau pembulian dapat meningkatkan kepercayaan diri dan empati anak Anda.
Tunjukkan kontribusi positif dari orang-orang muda yang lain: Doronglah anak Anda untuk selalu berperilaku positif dalam komunitas maya. Tunjukkan contoh-contoh mengenai orang lain yang berpartisipasi secara positif seperti itu. Diskusikan dengan anak Anda berbagai cara yang berbeda yang dapat membantunya untuk tetap positif.
–Keluarga perlu menunjukkan kepada anak-anak bagaimana media sosial dapat digunakan secara positif.
Memang
sudah waktunya, di era Sains Terbuka (Open Science) ini, hal-hal yang
tidak perlu “ditutup”, ya, dibuka saja, seperti misalnya nama Penyunting
Penelaah / Mitra Bestari / Reviewer untuk tiap-tiap artikel yang di-review.
Hal ini sudah diterapkan pada Jurnal Frontiers in Psychology.
Berikut ini adalah contoh penampakannya:
Lebih
bagus lagi jika menerapkan Open Peer Review (Penelaahan
Terbuka).
Panduan
Layanan Psychological First Aids (PFA)/Pertolongan Psikologis
Pertama — Jarak Jauh
*Adaptasi
berbahasa Indonesia untuk konteks Indonesia oleh Himpunan Psikologi Indonesia
(HIMPSI) atas dokumen, sbb: Copyrighted material with permission of IFRC (2020): IFRC (International
Federation of Red Cross and Red Crescent Societies) Reference Centre for
Psychosocial resources. Remote Psychological First Aid during the COVID-19
outbreak. Interim guidance — March 2020. Retrieved from: https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/IFRC-PS-Centre-Remote-Psychological-First-Aid-during-a-COVID-19-outbreak-Interim-guidance.pdf .
Penerjemah/Translator (31 Mar. 2020): Dr. Seger Handoyo (Ketua Umum
Himpunan Psikologi Indonesia) dan Dr. Juneman Abraham (Ketua Kompartemen Riset
dan Publikasi, Himpunan Psikologi Indonesia).
Tim
Sains Terbuka Indonesia turut berpartisipasi dalam Jon Tenants Memorial
Day, pada 9 April 2021.
Sumber
presentasi Set Them Free: http://bit.do/SetThemFree
Saya
menyampaikan pandangan tentang warisan Jon Tennant, sebagai berikut:
Thank
you, Erwin.
Hi
friends! I am Juneman Abraham.
I am
the Head of Research & Publication Division of the Indonesian Psychological
Association,
I am
also an Associate Professor of Social Psychology at Bina Nusantara University
in Jakarta, Indonesia
Jon was
an advocate of open science who, paradoxically and interestingly, constantly
did self-criticism of the concept and movement of open science.
The
open science that he formed, developed, and socialized is a true open
science, which is beautifully protected from the “counterfeit open
science”-deriving from current practices of neoliberalism.
Let us
reflect on one of his last articles entitled Fixing the Crisis State of
Scientific Evaluation. One of his most important legacy is his political
insistence that we need to “police the police”, we need to “police the metric
vendors” by imposing our own regulation to them — based on
what we value most about science and society.
He also
strongly reminds us to approach the knowledge economy differently by
fostering a more compassionate, dialogical, catch-all, and
bullying-free research culture.
Materi
berikut ini saya terima dari Prof. Sundani Nurono pada Jumat, 2 April 2021,
dalam acara penyampaian filosofi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Eksposur
Prof. Sundani mengenai posisi seharusnya Pengabdian kepada Masyarakat (PkM)
dalam Perguruan Tinggi sangat saya apresiasi, hingga saya unggah di YouTube
berupa Video di bawah ini.
Prof.
Sundani dari Institut Teknologi Bandung merupakan Pembina PKM yang sangat saya
segani sejak saya mengikuti BIMTEK PKM tahun 2018 di Universitas Bina Darma, Palembang.
Paparan
Prof. Sundani tampaknya senada dengan paparan Prof. Enoch Markum dari
Universitas Indonesia, dalam Twitter berikut ini; hanya saja, perspektif kedua
Guru Besar ini memiliki kekhasan masing-masing. Yang menarik, Prof. Sundani
menggunakan dimensi spiritualitas dalam menjelaskan gejala
yang beliau prihatinkan — yang beliau sebut sebagai “Demam Sangkar
Tridarma Perguruan Tinggi”.
Di
samping itu, beliau menggunakan perspektif antar/inter (between) bidang
Tridarma untuk “menekan” riset masuk ke Pengabdian kepada Masyarakat (Beliau
mensugesti agar Darma Pengabdian kepada Masyarakat — Mercusuar-nya
Perguruan Tinggi — diperbesar menjadi minimal 30%).
Hal ini
dapat melengkapi masukan-masukan Tim Sains Terbuka Indonesia selama ini yang
terfokus pada intra (within)
darma Riset dan Publikasi.
Aksi-aksi between dan within bidang-bidang
Tridarma ini patut menjadi sebuah gerakan bersama, tidak lain untuk
meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia melalui lembaga pendidikan
tinggi. By the way, pendekatan berbasis antar/inter-Tridarma
sebenarnya juga sudah saya ungkapkan dalam acara Rock The Talk: Sejalan
dengan “hukum kekekalan energi”, jika satu darma menyusut, ia pasti
menggelembung di darma yang lain. Sebaliknya bisa terjadi, bila
seorang dosen sedang kurang performed dalam riset, boleh
jadi — biasanya — ia performed dalam
Pengembangan Masyarakat atau “ComDev” (community development), yang di
Universitas Bina Nusantara terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu (1)
Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang tak berbayar, dan (2) Pelayanan
Profesional kepada Masyarakat (Professional service)
yang berbayar.
Materi
kedua dan ketiga berikut ini saya peroleh dari seorang rekan di WhatsApp
Group Neuronesia, pada 4 April 2021. Apakah Anda dapat
menemukan benang merah dari ketiga materi ini?
Bagaimana
jika resonansi semakin kuat, karena pada 30 Maret 2021, kami juga telah
menerbitkan sebuah tulisan, yang menekankan hal senada?
Mengenai
kepengaran karya ilmiah/karil, saya bicarakan pada 20 Januari 2021. Saya
menyampaikan tentang perbedaan (dan juga irisan) antara Authorship dan Contributorship. Bahwa
belum adanya kesepakatan akan hal ini akan menimbulkan “kekacauan” dalam dunia
akademik kita; sampai-sampai seorang kolaborator dapat bertukar
posisi dengan seorang plagiator.
Pada 23
Desember 2020, saya berbicara dalam sebuah forum bertajuk Darurat
Plagiat. Saya berbicara khusus mengenai apa dan bagaimana ANJANI (Anjungan
Integritas Akademik).
Berikut
adalah tautan materinya:
Ini
adalah flyer dari kegiatan ini:
Mengenai Integritas
Akademik, sebenarnya sudah saya bicarakan juga jauh hari sebelumnya,
sepanjang 2019, ketika mendapat penugasan dari Kementerian RistekDikti.
Berikut
ini adalah tautan materinya:
Di
samping itu, pada 3 Juli 2020, saya berbicara hal yang lebih luas lagi,
yakni Isu Etika dalam Penelitian, di mana saya menekankan
tentang pentingnya penyelesaian dilema etis secara rasional sebagai bagian dari
Pendidikan Etika.
Meeting Tim International Scientific CommitteeAssociation
of Behavioural Researchers on Asians/Africans (ABRA) atau
Persatuan Penyelidik-Penyelidik Perilaku Orang Asia/Africa, 16
Desember 2020.
The government’s rhetoric of Indonesian resurgence is one of economic and health recovery from the current disruptive pandemic. However, this rhetoric has not been matched in reality, as the recovery focus and fulfillment have been heavily slanted towards the economic sphere. There is a need for a policy which could sustainably alleviate both economic and […]
Sejarah Psikologi IndonesiaBelakangan ini, saya bereksperimen sederhana untuk menghasilkan sebuah narasi tentang sejarah Psikologi di Indonesia. Saya meminta Gemini AI untuk membuat narasi tersebut dengan melandaskan diri pada sumber-sumber terbuka di internet.Hasilnya adalah sebagai berikut: Psikologi di Indonesia Dalam Lintasan Sejarah [Sebuah Eksperimen dengan Generative AI]. Setidaknya ada tiga bagian tulisan mulai dari Perkembangan Psikologi […]
Sebagai dosen tidak tetap (adjunct lecturer) di School of Government and Public Policy — Indonesia (Sekolah Tinggi Kepemerintahan dan Kebijakan Publik), pada 4 Februari 2025, saya menguji (sekaligus membimbing) sebuah penelitian bertajuk Human-Centric Policy Evaluation of Jakarta Smart City Initiatives: Enhancing Citizen Engagement to Create Sustainable Public Service yang dilakukan oleh Muhammad Fibiyan Aflah.Semoga berkontribusi pada kebijakan kota […]
Sesuai dengan ketentuan Pemerintah bahwa Penilai Kinerja Dosen wajib memiliki Sertifikat/Sertifikasi (lulus ujian), pada 2024 yang lalu, saya telah menerima Sertifikat yang memuat NIRA (Nomor Induk Registrasi Asesor).Proses sertifikasinya sendiri berlangsung pada 2023; sertifikat terbit pada 3 September 2024.
Halo… Sudah lama saya tidak memutakhirkan isi blog di Medium ini.Perkenankan saya untuk menyampaikan sejumlah update kegiatan, di samping yang saya sampaikan di http://juneman.blog.binusian.org dan http://juneman.mePada 30 April 2024, saya menerima kunjungan Prof. Xu Baofeng dari Beijing Language Culture University, yang juga merupakan Ketua World Council of Sinologists (Chinese Studies).Pada 3 April 2024 (pagi), saya dan […]
Pada 28 Agustus 2023, saya melaksanakan aktivitas sebagai Asesor Kompetensi Lembaga Sertifikasi Profesi Psikologi Indonesia/Badan Nasional Seertifikasi Profesi (LSP/BNSP).Kali ini saya meng-assess kompetensi asesi untuk skema Perancang dan Fasilitator Pengembangan Komunitas (PFPK).Asesmen diselenggarakan di Kantor Pusat LSP Psikologi Indonesia di Puri Bintaro, Tangerang Selatan.
Membahas diantaranya ethical clearance dan etika penggunaan kecerdasan buatan (OpenAI, seperti ChatGPT) dalam penulisan artikel ilmiah internasional. Diselenggarakan pada 21–22 Juli 2023 di Bogor oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Diktiristek, Kemdikbudristek, bekerjas ama dengan Universitas Pakuan.
“Pentingnya Standar Pendidikan dan Layanan Psikologi yang sesuai dengan Undang-Undang No 23 Tahun 2022 tentang Pendidikan dan Layanan Psikologi sebagaimana juga diamanatkan oleh Hasil Kongres XIV HIMPSI Tahun 2022 tentang Isu-isu Strategis HIMPSI periode 2022–2026, maka dipandang penting membentuk Tim Ad Hoc yang bertugas untuk menyusun dan pengembangan standar tersebut.”
Sehubungan dengan upaya pencegahan bunuh diri di kalangan polisi, yang sudah menjadi akses pemberitaan publik, saya diperbantukan oleh Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) kepada Kepolisian Negara RI dalam rangka penelitian pada tahun 2023.
Matching Fund — Manajemen KeuangannyaWorkshop Pengelolaan Keuangan untuk Program Matching Fund Kedaireka dari Kemendikbudristek, berlangsung pada 26 hingga 29 Januari 2023.
Buku Putih Peta Jalan AI Indonesia secara keseluruhan belum berhasil membuat distingsi antara Etika AI dan Hukum AI. Saya mencoba menjelaskan dalam artikel berikut ini, AI Indonesia: Diatur oleh Etika atau Undang-undang, mengapa distingsi menjadi urgen dibutuhkan https://m.antaranews.com/berita/5030041/ai-indonesia-diatur-oleh-etika-atau-undang-undang?page=all , meskipun ada konsep regulatory sandbox. Tanpa distingsi, saya khawatir bukan hanya Regulasi AI Indonesia akan jalan di […]
Fenomena pengibaran bendera “One Piece” menjelang peringatan kemerdekaan Indonesia menunjukkan adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah. Bendera bajak laut ini menjadi simbol perlawanan kreatif dan representasi aspirasi rakyat yang merasa tidak didengar. Fenomena ini mengingatkan pada ucapan Bung Karno bahwa perjuangan di masa depan akan melawan bangsa sendiri. Pengibaran bendera ini menjadi cara unik untuk menyuarakan […]
Coba bayangkan situasi ini : Anda ingin menilai kemampuan seorang koki. Mana yang lebih masuk akal : Langsung mencicipi hasil masakannya untuk merasakan sendiri kualitasnya, ataukah hanya melihat-lihat seberapa mewah dan terkenal restoran tempatnya bekerja? Tentu saja pilihan pertama yang lebih logis, bukan? Tapi anehnya, dunia akademik kita, yang disinyalir sebagian pihak sebagai “menara gading” […]
Dalam podcast di BINUS TV kali ini, saya membahas sisi-sisi psikologis dari pinjaman online khususnya Pinjol Ilegal. Apa saja yang perlu diantisipasi? Apa ciri-ciri orang yang lebih rentan? Apa peran komunitas? Ringkas saya bahas di podcast ini – The post Psikologi PINJOL : Sisi gelap, kalah mental; bagaimana kita keluar? appeared first on Juneman Abraham […]
Tak dapat dipungkiri, penggunaan AI untuk menulis dalam dunia apapun (dunia ilmiah, dunia copywriting marketing/bisnis, dunia jurnalis) semakin memarak. Apa potensinya? Apa yang harus kita jaga bersama? Saya membicarakannya di Lembaga Layanan DIKTI Wilayah III, khususnya penulisan ilmiah. Salah satunya, saya menekankan arti penting mengakui (acknowledging) secara transparan penggunaan AI – Sesuatu yang masih sangat […]
Bagaimana fenomena “Fantasi Sedarah” dilihat dari sudut pandang multidisiplin informatika dan psikologi? Apa hubungannya dengan self-censorship, chilling effect, culturally-sensitive Artificial Intelligence, responsible AI, serta etika dan hukum digital, juga Pendiri Facebook yang sempat meminta maaf? Simak bincang santai saya di sini! Salam PsikoInformatika! The post Fantasi Sedarah: Lensa PsikoInformatika appeared first on Juneman Abraham ~ […]
Sebagian dari kegiatan saya dapat disimak melalui situs web BINUS Research. Beberapa dari kegiatan tersebut adalah: Hadir sebagai Profesor Tamu dalam pengukuhan Prof. Dr. Bagus Takwin (Universitas Indonesia) – 8 Mei 2024. Testimoni saya untuk Prof. Dr. Bagus Takwin: Memperkuat Ekosistem Hilirisasi Riset Memperkuat Integritas Akademik dan Antikorupsi Membangun dan Menjaga Portofolio Riset Dosen BINUS […]
Siniar Binus Fostering and Empowering Society melalui Melawan Korupsi Ilmu. The post Prof Juneman: Berkarya Melalui Keilmuan & Moralitas Perjalanan Melawan Korupsi Ilmu appeared first on Juneman Abraham ~ psikolog sosial.
Pada 28 Mei 2024, saya membicarakan 4 poin tentang Kesehatan Jiwa/Kesehatan Mental di acara Berkas Kompas TV: Pada 3 Juni 2024, saya diundang DAAI TV untuk berbicara tentang Hari Lahir Pancasila, khususnya tentang kebijakan pembangunan: Apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila? Saya menyampaikan beberapa hasil riset tentang Psikologi Pancasila. Bahwa penting untuk menjadi teladan konkret […]
Perbincangan bersama Bivitri Susanti, dari Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera, di Podcast BINUS TV, menyambut Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2024. The post Korupsi Ilmu dan Generasi yang Tersesat appeared first on Juneman Abraham ~ psikolog sosial.