Bedah Buku Psikologi Indigenos (2021)

Sebagai seorang yang turut mengembangkan kompetensi psikologi indigenos, salah satu hal yang saya kemukakan dalam acara bedah buku ini, adalah apabila pemahaman budaya dianggap penting oleh Program Studi/Jurusan/Fakultas Psikologi, bukan sebagai pemanis dalam Pembahasan/Diskusi Artikel Hasil Riset, maka penting juga untuk membangun kompetensi kultural di dalamnya, bukan hanya ahli melakukan penelitian/riset psikologi bermuatan budaya saja. Saya mengambil contoh yang saya alami sendiri dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta, di mana saya berkesempatan mengikuti pembangunan kapasitas dalam bidang rektorika antarbudaya (intercultural rethorics) selama 30 jam bersama Prof. Dr. Stefan Kammhuber.

Mempersiapkan Maba (Mahasiswa baru) Psikologi BINUS

Mempersiapkan sekitar 150 mahasiswa baru (3 kelas) Psikologi BINUS University dalam program FYP (First Year Program), Orientation & Transition Program (OTP) – Searching, Reading, & Writing Skills (Academic & Non-Academic), pada tanggal 12 dan 19 Agustus 2021, melalui Zoom.

Editorial Board Meeting, Journal of Cognitive Sciences and Human Development (JCSHD)

Dr. Juneman Abraham menjadi Anggota Dewan Editor Journal of Cognitive Sciences and Human Development (JCSHD) terbitan UNIMAS (University Malaysia Sarawak).

Jurnal ini sangat prospektif dan mengundang partisipasi teman-teman khususnya dari Fakultas/Jurusan yang terkait dengan minda dan perkembangan manusia, seperti Psikologi.

Pertemuan Dewan Editor yang pertama telah dilaksanakan melalui Zoom pada tanggal 15 Juli 2021.

Ethical Clearance dan Komite Etik Penelitian Psikologi

Penelitian psikologi wajib beretika. Guna lebih menjamin pernyataan ini, dibutuhkan Ethical Clearance.

Apa itu Ethical Clearance? Apakah soal boleh/tidak boleh mengenai sebuah aksi riset? Soal putih/hitamnya penelitian? Atau, ada yang lebih mendasar?

Yang menerbitkannya adalah Komite/Komisi Etik Penelitian. Tapi… apa syarat-syarat atau kualifikasi komite ini?

Apakah semua badan yang mengklaim dirinya sebagai ‘Komite etik’ itu layak untuk kita datangi guna meminta pertimbangan, konsiderasi, bahkan keputusan etik mengenai kelayakan sebuah riset psikologi?

Bagaimana dengan etika riset yang melibatkan mahadata (big data)? Apakah ada perkembangan etika di sini? Atau etika yang ada sudah cukup memandu?

Saya membicarakannya dalam webinar Hati-hati Meneliti: Etika Riset Manusia dalam Penelitian Psikologi, yang diselenggarakan oleh Undhira Bali.

Seminar Psikologi untuk Umum yang membahas Ethical Clearance yg diselenggarakan secara khusus oleh Fakultas/Jurusan/Program Studi Psikologi di Indonesia mungkin baru pertama kali ini diadakan.

Salut utk Psi. Undhira!

Materi paparan saya terbagi menjadi 6 (enam) bagian:

(1) Gejala yang saya saksikan belum lama ini

(2) “Etika Sedang Naik Daun”

(3) Panorama Klirens Etik Penelitian

(4) Bad Science?

(5) Dari Hati Nurani ke Komite Etik

(6) Etik Riset SOSHUM “Berbeda” dari Biomedis : Bahan Penyusunan Formulir Ethical Clearance

Terms of Reference Webinar 26 Juni 2021. Kekhasan penelitian psikologi adalah proses pelaksanaan penelitian yang melibatkan manusia dan luaran penelitian yang berdampak bagi manusia. Oleh karena itu, etika riset manusia membantu penelitian psikologi tetap empiris dan menjaga hak asasi manusia. Salah satu ragam penelitian psikologi, khususnya di Indonesia, adalah penelitian mengenai perilaku manusia dalam kaitannya dengan konteks sosial, budaya, dan/atau latar belakang etnis.

Apabila tidak disadari oleh peneliti, penelitian psikologi dalam ranah tersebut rentan menimbulkan bahaya laten seperti meningkatnya diskriminasi atau rasisme terhadap kelompok etnis tertentu, bahkan memperuncing perpecahan atau pengelompokan antar suku bangsa di suatu wilayah. Oleh karena itu, etika riset manusia dalam penelitian psikologi dan publikasi hasil penelitian menjadi penting untuk diperhatikan.

Salah satu cara untuk memastikan peneliti telah menerapkan prinsip-prinsip etika riset manusia dan kode etik penelitian adalah melalui proses ethical clearance. Ethical Clearance (EC) atau kelayakan etik merupakan keterangan tertulis yang diberikan oleh komisi etik penelitian untuk riset yang melibatkan makhluk hidup yang menyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu. Di lain pihak, persetujuan dari Komisi Etik Penelitian dalam suatu riset sangat diperlukan dalam publikasi jurnal ilmiah nasional ataupun internasional.

Oleh karena itu, kegiatan ini diharapkan memberikan pengetahuan mengenai manfaat memahami etika riset manusia dan memahami cara mengajukan/memperoleh EC.  Bagi peneliti psikologi,  adanya EC memberi perlindungan kepada peneliti dan partisipan, serta secara praktis mempermudah proses publikasi penelitiannya.  Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Program Studi Psikologi Universitas Dhyana Pura berkolaborasi dengan Konsorsium Psikokultural Indonesia (KPI) mengadakan seminar dalam jaringan dengan judul “Hati-hati meneliti: Etika riset manusia dalam penelitian psikologi.”.

Seminar daring ini bertujuan untuk:

  1. Mengajak para peneliti di Indonesia untuk lebih memperhatikan kode etik dalam melakukan penelitian ataupun publikasi hasil penelitian
  2. Menambah wawasan peserta terkait dampak yang dapat terjadi dari proses penelitian dan publikasi hasil penelitian terkait kajian sosial budaya
  3. Memberikan pengetahuan terkait pentingnya ethical clearance dalam penelitian
  4. Memberikan pengetahuan terkait prosedur pelaksanaan uji etik penelitian.
  5. Memberikan manfaat praktis bagi peneliti psikologi Indonesia dalam pemerolehan ethical clearance

Psikolog sosial BINUS bergabung dalam MAKPI

Psikolog sosial BINUS University, Dr. Juneman Abraham, bergabung dalam sebuah organisasi pemerhati dan pegiat kebijakan publik, yang bernama Masyarakat Kebijakan Publik Indonesia (MAKPI), yang diketuai oleh Dr. Riant Nugroho.

Dr. J. Abraham, yang juga merupakan pengajar Psikologi Kebijakan Publik, juga sekaligus sebagai anggota pengurus Kompartemen Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) dalam struktur kepengurusan MAKPI yang pertama. Peluncuran (soft-launching) MAKPI dilakukan bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2021.

Semoga semakin memberikan kontribusi kepada bangsa Indonesia, Fostering and Empowering the society in building and serving the Nation, melalui penghebatan kebijakan-kebijakan publik di Indonesia.

Update 26 Agustus 2021: Menghadiri Wisuda Virtual Program Mini Magister Kebijakan Publik sebagai salah satu peserta (Saya berpakaian a la Betawi dengan nomor peserta 132/20). Penyelenggara: Rumah Reformasi Kebijakan (RRK), dengan Ketua Yayasan Dr. Riant Nugroho.